Proses Pembuatan

Proses Pembuatan

Perawatan dan pemupukan pada pohon aren

Jauh-jauh hari bahkan sebelum proses pemanenan dan penyadapan pohon aren, Pak Warto mengajak saya untuk tahu bagaimana cara merawat dan memupuk pohon aren agar kualitas yang dihasilkan sangat bagus. Lokasi pohon aren milik Pak Warto memang ada di beberapa tempat yang berbeda yaitu di daerah kebunnya (dekat rumah) dan di dalam hutan.

Pupuk kandang adalah pilihan utama yang Pak Warto gunakan agar pohon aren dapat tumbuh dan berkembang secara alami. Pemupukan biasanya dilakukan dua minggu sekali atau sebulan sekali tergantung kondisi tanah yang ada di bawah pohon aren.

Pada bagian bawah pohon aren harus dibersihkan dari gulma dan tanaman yang mengganggu. Cara ini dilakukan agar proses penyerapan nutrisi untuk pohon aren bisa dimaksimalkan dan tidak ada penyakit yang menyerang pohon aren. Pemupukan ini tetap berlangsung selama pohon aren masih produktif dan tumbuh normal.

Pohon aren yang sudah cukup besar akan mengeluarkan bunga yang nantinya akan disadap. Sebetulnya, gula merah bisa dibuat dari nira yang berasal dari pohon keluarga palma seperti kelapa, aren dan siwalan. Masing-masing memiliki karakteristiknya sendiri ketika sudah diolah menjadi gula merah.

Pak Warto menunjukkan pohon aren yang sudah memiliki pangkal bunga yang belum mekar. Sebelumnya, beliau sudah menyiapkan tangga khusus untuk menaiki pohon aren yaitu menggunakan satu batang bambu yang dilubangi tengahnya sebagai pijakan. Memang tidak ada pengamanan ekstra atau alat keselamatan lain. Namun jika melihat pengalaman Pak Warto yang sudah puluhan tahun tentu saya tidak meragukannya lagi.

Pangkal bunga tadi diikat dengan tali sehingga bisa menghambat proses pemekaran dari bunga aren. Nantinya pangkal bunga akan terjadi pembengkakan dan penumpukan sari pati makanan. Setelah beberapa lama, proses selanjutnya adalah mengiris-iris secara bertahap pada bagian tadi untuk mengeluarkan cairan gula.

Cairan inilah yang disebut sebagai nira sebagai bahan utama pembuatan gula merah. Nira kemudian ditampung dalam wadah khusus terbuat dari bambu yang diikatkan agar tidak jatuh. Proses pemanenan hasil nira ini dilakukan dua kali dalam sehari, yaitu pada pagi dan sore hari.

Menurut Pak Warto, pemanenan hasil sadap pada pagi hari memang selalu lebih banyak karena pada dini hari udara sekitar lebih dingin dan memacu pohon aren untuk memproduksi nira lebih banyak. Perbandingannya, pada pagi hari bisa menghasilkan sampai 10 liter nira sedangkan saat sore hari hanya 7 liter nira.

Pak Warto juga bercerita bahwa masing-masing pohon dalam keluarga palma memiliki kelebihan dan kekurangannya dibedakan dari tempatnya hidup. Di dataran rendah yang lebih gersang, pohon siwalan akan lebih produktif dan hasil niranya lebih bagus. Jika di daerah pantai, pohon kelapa lebih produktif dibandingkan jenis pohon palma lainnya. Sedangkan di daerah pegunungan (di atas 800 mdpl) nira dari pohon aren memang lebih juara.

Nira yang sudah diambil kemudian ditampung pada jerigen besar yang dapat memuat hingga 20 liter nira untuk satu jerigennya. Pak Warto sendiri memiliki 5 pohon aren yang masih produktif, dalam sehari beliau bisa menghasilkan rata-rata sekitar 50 liter nira.

Mobil adalah kendaraan yang menggunakan bahan bakar minyak (bensin atau solar) untuk menghidupkan mesinnya. Mobil kependekan dari otomobil yang berasal dari [bahasa Yunani] ‘autos’ (sendiri) dan Latin ‘movére’ (bergerak). Mobil merupakan sebuah produk canggih yang dihasilkan oleh manusia. Sebelum diproduksi secara massal atau sering disebut dengan Mass Production, sudah tentu mobil sebelumnya sudah didesign oleh Tim Design dari masing-masing produsen mobil.

Design tersebut merupakan masukan dari Tim Peneliti, yang telah meneliti dan mengamati model mobil seperti apa yang disukai oleh masyarakat disuatu daerah atau Negara yang akan menjadi pasar penjualan mobil tersebut. Setelah itu Tim Pengembangan, mengembangkan versi Purwa Rupa atau Proto Type dan melakukan berbagai test agar mobil tersebut layak untuk diproduksi dan aman digunakan oleh konsumen.

Dari tahap Penelitian atau Research hingga berbagai test yang dibutuhkan untuk memproduksi mobil secara massal, kadang memerlukan waktu hinga bertahun – tahun. Setelah melewati proses Penelitian hingga Test, sebelum diproduksi secara massal di suatu Negara, Proto Type tersebut juga harus melewati proses Homologasi dari Lembaga atau Instansi yang berwenang di Negara tersebut, yang menyatakan bahwa mobil Proto Type tersebut boleh diproduksi di Negara tersebut. Setelah melewati tahapan-tahapan seperti dijelaskan sebelumnya barulah mobil masuk ke tahap produksi massal.

Pada dasarnya proses yang dilakukan di pabrik mobil terdiri dari 5 proses utama yaitu ;

Tahap awal pembuatan sebuah mobil dimulai dari pencetakan/press. Pada tahap ini bahan baku dicetak sesuai dengan desain yang sudah dibuat. Untuk satu buah body mobil menghabiskan sebanyak 370 kilogram baja. Di proses Stamping/ Press ini menghasilkan komponen-komponen Body Mobil.

2. Proses Welding/Pengelasan

Pada proses Welding/Pengelasan ini, dilakukan penggabungan komponen-komponen yang dihasilkan di proses Stamping, dan juga komponen-komponen yang dikirim dari Supplier dengan cara di las, sehingga terbentuklah Body mobil yang diinginkan. Untuk satu buah mobil ada sekitar 3000 titik pengelasan dan yang mengerjakan welding ini bukan hanya operator (manusia) saja , tetapi ada pula beberapa robot yang membantu proses pengelasan.

3. Proses Painting/PengecatanProses Painting/Pengecatan dilakukan dengan tujuan antara lain memberikan lapisan anti karat pada Body, memberikan fungsi peredam suara, serta yang paling terlihat yaitu memberikan tampilan atau estetika yang indah dengan warna yang bermacam-macam. Pada proses pengecatan menggunakan 5 langkah proses, yaitu body Assy, Paint process, Primer dasar, Primer surfacer, dan Top coat. Dan yang sangat penting juga, Proses Painting memberikan fungsi anti bocor, dengan pengaplikasian Sealer pada bagian – bagian sambungan antar pelat Body.  4. Proses Assembling/ PerakitanProses Assembling di pabrik mobil terdapat 3 proses utama yaitu proses assembling Mesin, Transmisi dan komponen-komponen pendukung lain yang dikirim dari Supplier. Sehingga menjadi sebuah mobil secara sempurna. perator yang bertugas dibagian assembling memasangkan semua komponen aksesoris untuk mempercantik mobil. Pada proses assembling, tak perlu waktu banyak bagi operator. 5. Proses Inspection/Inspeksi.Setelah keempat proses diatas selesai, waktunya untuk Final Check. Untuk mengetahui kelayakan sebuah mobil yang akan dijual di pasaran, harus dipastikan jika mobil yang dipasarkan sudah sesuai dengan standar keamanan yang berlaku. Final check ini dimulai dari pengecekan lampu, rem, kebocoran, speed, interior, eksterior dan yang lainnya. untuk proses final check ini dilakukan oleh operator yang sudah mengantongi sertifikat khusus Quality Control.  Jadi tidak sembarang operator yang bisa melakukan final check ini.

Sebagai catatan proses inspeksi sebenarnya selalu ada pada semua proses yang telah disebutkan di atas dari mulai Stamping, Welding, Painting hingga Assembling. Karena Bagian Inspeksi merupakan quality control yang mengawasi semua proses dari awal hingga akhir. Sebelum melewati satu proses ke proses berikutnya. Perbedaan warna sering terjadi karena adanya perakitan antar produk menjadi satu sehingga memungkinkan untuk terjadi perbedaan warna antar pertemuan produk. Color matching test umumnya menggunakan metode visual mata. Untuk menghindari perbedaan persepsi dalam uji warna maka dibutuhkan alat uji warna yang tepat seperti Spectrophotometer CM-M6 Konica Minolta.

Gbr. Spectrophotometer CM-M6 Konica MinoltaKlik brosur

Konica Minolta Multi-Angle Spectrophotometer CM-M6 dirancang khusus untuk memberikan evaluasi warna yang cepat dan tepat untuk pengukuran cat metalik dan pearlescent pada eksterior otomotif. Memanfaatkan sistem iluminasi jalur ganda yang dipatenkan dengan pencahayaan 45° dan 6 sudut pandang aspekkular (-15°/15°/25°/45°/75°/110°) seperti yang dijelaskan dalam ASTM E2194 atau DIN 5033-7 dari dua sisi , ini memberikan hasil yang stabil dan akurat bahkan pada permukaan melengkung (radius R=300).

CM-M6 hadir dengan layar warna bercahaya belakang beresolusi tinggi yang mudah dibaca dalam kondisi pencahayaan sekitar yang rendah. Dengan desain ergonomis baru untuk penanganan dan pemosisian yang mudah, CM-M6 sangat ideal untuk penggunaan berulang dalam jangka waktu yang lama di lini produksi.

Bentuknya yang ideal (dilengkapi dengan tali untuk tangan) dapat dipegang secara stabil dengan satu atau dua tangan. Selain itu dilengkapi dengan fitur yang ideal untuk mengukur eksterior kendaraan seperti penutup karet di sekitar bukaan pengukuran untuk melindungi subjek pengukuran dari goresan dan dukungan bluetooth untuk mengirim data pengukuran ke perangkat jarak jauh melalui koneksi nirkabel.

Untuk informasi lebih lanjut mengenai produk-produk Spectrophotometer Konica Minolta silahkan mengirimkan email ke [email protected].

Proses produksi motor melibatkan pembuatan komponen dari alumunium, plastik, dan kelistrikan melalui beberapa tahapan seperti pemadatan, penghalusan, perakitan, pengecoran, dan pengelasan untuk menghasilkan produk akhir berupa sepeda motor yang utuh.

Proses pembuatan mobil meliputi perencanaan, pembuatan prototipe, proses stamping dan welding untuk membentuk rangka, proses painting, pembuatan interior, pembuatan mesin, assembly komponen menjadi satu kendaraan utuh, pengujian kualitas, uji kelayakan di berbagai kondisi, hingga pengiriman dan penjualan mobil.

Hallo warga ibukota ?

Pernahkah kalian menghitung jumlah mobil yang hilir mudik di jalanan ibukota ?

Kira – kira dalam kurun waktu dua puluh empat jam, ada berapa banyak mobil yang lalu lalang ?

Kalau berdasarkan berita yang aku baca, ada sekitar 1500 kendaraan yang melintas di jalanan Jakarta setiap harinya. Dengan rincian 1200 kendaraan roda dua dan 300 kendaraan roda empat, dari data itu dapat disimpulkan 9000 kendaraan roda empat akan hilir mudik di jalanan ibukota setiap tahunnya. Angka yang cukup mengerikan jika dibandingkan dengan ruas jalan yang ada.

Beberapa waktu lalu, aku berkesempatan mengikuti blogger tour ke PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN) yang ada di Karawang bersama teman – teman blogger dan mobil 123, portal otomotif nomor satu di Indonesia.

Sebagai mantan anak Teknik Industri, kunjungan ke pabrik Toyota ini seakan nostalgia masa – masa duduk di bangku kuliah dulu, tiap bulan kunjungan ke pabrik, mulai dari pabrik teh, karet, tekstil, motor, makanan, dan minuman. Bahkan untuk menyelesaikan tugas akhir, aku pun belajar di pabrik pupuk ternama selama kurang lebih tiga bulan. Hidup anak Teknik!!!.

Sebelum diizinkan masuk ke dapurnya Toyota, pastinya perkenalan terlebih dahulu dari tuan rumah dan yang tak kalah penting adalah safety induction demi lancarnya plant tour ke Pabrik Toyota. Satu hal lagi yang harus dipatuhi sebelum masuk ke pabrik adalah Menggunakan APD (Alat Pelindung Diri).

Setiap pengunjung dibekali

phone (alat untuk mendengar instruksi dari pemandu *biar nggak teriak – teriak didalem pabrik).

Kalau sudah memakai APD dengan lengkap, waktunya masuk ke dapurnya Toyota. Perlu diingat, selama tour kedalam pabrik, selalu ikuti instruksi dari guide dan jangan sampai terpisah dari rombongan. Karena bukan nggak mungkin bisa terjadi kecelakaan bagi pengunjung yang ceroboh.

Pabrik Toyota yang aku eksplor kali ini, khusus memproduksi Toyota Innova dan Toyota Fortuner saja. Sedangkan mobil Toyota lainnya diproduksi di lokasi TMMIN lain. Penasaran bagaimana proses pembuatan sebuah mobil di Toyota Motor Manufacturing Indonesia, lets check it out.

LIMA PROSES PEMBUATAN MOBIL

Proses pembuatan mobil di Toyota Motor Manufacturing Indonesia dibagi menjadi empat proses, yakni

(pemasangan/perakitan), dan

(Pengecekan Kualitas).

Well, rasanya tak lengkap kalo mantan anak Teknik ini nggak menjelaskan prosesnya satu persatu.

1. Press (pencetakan)

Tahap awal pembuatan sebuah mobil dimulai dari pencetakan. Pada tahap ini bahan baku dicetak sesuai dengan desain yang sudah dibuat. Untuk satu buah body mobil menghabiskan sebanyak 370 kilogram baja. Kebayanglah ya kenapa mobil tu berat banget.

2. Welding (pengelasan)

Setelah kelar proses pencetakan tadi, lanjut ke proses pengelasan . Nah proses pengelasan ini tergolong susah si bagi aku yang anak Teknik. Jaman kuliah dulu suka minta tolong temen yang cowok buat bantu ngelas hahaha. Tapi kalau kemarin ngeliat ritme operator

, kok keknya mudah banget ya. Tangan mereka udah cekatan gitu ngelas – ngelas bagian mobil.

Untuk satu buah mobil ada sekitar 3000 titik pengelasan! Oh ya, yang mengerjakan

ini bukan hanya operator (manusia) saja lho, ada pula beberapa robot yang membantu proses pengelasan.

3. Painting (pewarnaan)

Proses pewarnaan menjadi proses yang tak sepenuhnya bisa dilihat oleh pengunjung. Karena proses pewarnaan harus benar – benar steril. Pun pengunjung harus mengenakan perlengkapan khusus untuk bisa masuk kesana. Guide kami bilang, “Proses painting ini harus steril. Jangan sampai ada debu yang menempel pada saat proses pewarnaan”. Pantes aja ya mobil pada mengkilap mengkilap banget.

4. Assembling (pemasangan atau perakitan)

Pada proses ini bentuk sebuah mobil sudah terlihat. Operator yang bertugas dibagian

memasangkan semua komponen aksesoris untuk mempercantik mobil. Pada proses

, tak perlu waktu banyak bagi operator. Operator hanya perlu waktu 1.5 menit untuk memasang semua komponen mobil. And yes dalam 1.5 menit, proses pemasangan atau perakitan sebuah mobil sudah selesai.

Setelah keempat proses diatas selesai, waktunya untuk Final Check! Untuk mengetahui kelayakan sebuah mobil yang akan dijual di pasaran, pihak toyota selalu memastikan jika mobil yang mereka pasarkan sudah sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.

Final check ini dimulai dari pengecekan lampu, rem, kebocoran, speed, interior, eksterior dan yang lainnya. untuk proses final check ini dilakukan oleh operator toyota yang sudah mengantongi sertifikat khusus Quality Control. Jadi tidak sembarang operator yang bisa melakukan final check ini.

Mobil yang sudah lolos pada tahap final check ini nantinya akan dipasarkan ke berbagai kota yang ada di Indonesia. Selain itu, pihak Toyota juga melakukan ekspor ke negara - negara Timur Tengah yang merupakan pasar ekspor terbanyak, daintaranya Kuwait, Bahrain, Saudi Arabia. Selain itu mobil Toyota juga dipasarkan di Filipina, Argentina, dan juga Vietnam.

Nah, dari kunjungan kemarin aku jadi tahu berapa lama proses pembuatan satu buah mobil. Untuk satu buah mobil Toyota, membutuhkan waktu proses dari awal hingga akhir selama 22 jam. Cepat sekali bukan. Bahkan kurang dari satu hari.

Sekiaaan kunjunganku kali ini di Pabrik milik Toyota Motor Manufacturing Indonesia. Semoga nanti bisa berkunjung kembali untuk melihat proses pembuatan tipe mobil toyota lainnya.

%PDF-1.6 %���� 5579 0 obj <> endobj 5595 0 obj <>/Filter/FlateDecode/ID[<2BC643E9BA72CB479B1E1B3E633FE24B>]/Index[5579 46]/Info 5578 0 R/Length 83/Prev 2347032/Root 5580 0 R/Size 5625/Type/XRef/W[1 2 1]>>stream h�bbd``b`�\G��t ��$��@\Y��X� "ĭF V�,� �iL�� �����S� �T] endstream endobj startxref 0 %%EOF 5624 0 obj <>stream h��T�OU>3��eyt���BA0ֲ-T���,��6V#���� �"(qq��bͤ�}Xj��h Y�-A�dI�,J%X-iƦ��� K�g*T㙡��_��s�|���

Gula merah atau masyarakat umum biasa menyebutnya sebagai gula aren atau gula Jawa ini ternyata diproses melalui tahapan yang panjang sebelum bisa dikonsumsi. Walau kelihatannya mudah, sebetulnya prosesnya cukup rumit. Ditambah lagi jika salah satu prosesnya tidak dilakukan dengan teliti maka hasilnya tidak akan bagus seperti yang dijual di pasaran. Dalam tulisan ini, saya akan menceritakan pengalaman bersama dengan Pak Warto, beliau merupakan salah satu pembuat gula merah di daerah Desa Lerep, Ungaran, Kabupaten Semarang. Sudah sekitar 20 tahun Pak Warto menekuni produksi gula merah untuk dapat membantu memenuhi kebutuhan pasar di Kabupaten Semarang.

Selama mengikuti keseharian mengolah gula merah bersama Pak Warto, tahapan demi tahapan mulai dari persiapan sampai pemasakan, bukan hal yang mudah seperti yang dilihat di acara TV Swasta, Jejak Si Gundul atau Jejak Petualang. Ada banyak proses yang tidak bisa dipercepat atau dilewati sehingga harus benar-benar maksimal dalam setiap tahapannya.

Proses memasak nira menjadi gula merah

Setelah nira didapatkan dan wadah tampungannya dikembalikan pada posisi semula, maka proses selanjutnya adalah pemasakan nira untuk menjadi gula merah. Jarak antara pemanenan dan pemasakan memang terbilang singkat karena untuk menghindari proses fermentasi oleh bakteri di dalam nira.

Jika terlalu lama maka nira akan menjadi lebih asam dan hasil gula merahnya juga lebih asam. Jadi ketika Pak Warto kembali ke rumahnya, nira yang sudah didapatkan langsung diolah oleh istrinya. Nira yang siap dimasak sebelumnya disaring untuk menghilangkan kotoran yang ada di dalamnya, baru kemudian ditempatkan di dalam wajan besar di atas tungku api yang membara.

Istri Pak Warto dengan lihainya mengaduk-aduk nira secara berkala agar tidak menghitam (gosong). Beliau juga mengatur api agar tetap stabil selama proses pemasakan ini. Butuh waktu setidaknya empat sampai lima jam hingga nira berubah menjadi lebih kental dan berwarna kecoklatan.

Proses memasaknya bisa dibilang cukup lama dan harus benar-benar diawasi karena jika sebentar saja meninggalkan proses pemasakan tersebut, maka hasil olahan gula akan menghitam. Tentu ini akan mengurangi kualitas dan harga jual dari gula merah nantinya.

Istri Pak Warto sebelumnya sudah menyiapkan cetakan-cetakan yang terbuat dari batok kelapa. Ada juga yang terbuat dari bambu yang sudah dipotong-potong melingkar dan juga ada pula cetakan dari alumunium berbentuk seperti batok kelapa. Bentuk dari cetakan ini memang tidak dipermasalahkan karena nantinya gula merah dijual berdasarkan beratnya.

Setelah nira benar-benar matang dan lebih mengental dari sebelumnya, maka langsung dimasukkan ke dalam cetakan dan dipindahkan ke rak khusus untuk proses pendinginan.

Suhu di Desa Lerep ini bisa dibilang masih sejuk, jadi proses pendinginan dari gula merah tersebut tidak membutuhkan waktu yang lama. Gula merah yang sudah dingin akan dikeluarkan dari cetakan dan dibungkus ke dalam tempat khusus terbuat dari plastik.

Nantinya Pak Warto akan membawanya ke pengepul kenalan beliau atau biasanya ada orang yang datang untuk membelinya langsung.  Satu kilogram gula merah di Kabupaten Semarang dijual dengan harga Rp18 ribu sampai Rp25 ribu per kilogramnya. Namun untuk gula merah cair biasa dijual dengan harga Rp30 ribu per kilogramnya.

Selama proses pembuatan gula merah ini dari awal hingga akhir, Pak Warto menggunakan teknik dan peralatan yang sederhana. Tidak ada proses yang instan atau menggunakan teknologi khusus agar lebih mudah mengolah gula merahnya. Namun begitu, cara tradisional ini dipilih Pak Warto karena sudah terbiasa dan bisa lebih menyehatkan (karena membuatnya banyak bergerak).

Banyak hal yang bisa dipelajari dari teknik tradisional ini dan menurut saya memang bisa menjadi pengalaman yang tidak bisa dilupakan untuk merasakan langsung proses pembuatan gula merah secara tradisional.

Di Kalurahan Kalirejo, terdapat banyak pohon kelapa yang menghasilkan nira. Nira adalah cairan manis yang diperoleh dari bunga kelapa dan merupakan bahan dasar pembuatan gula merah. Pengumpulan nira dilakukan dengan memasang wadah bambu yang telah dipersiapkan sebelumnya untuk menampung nira yang menetes. Proses pengumpulan ini memerlukan ketelitian dan kesabaran karena setiap pohon hanya dapat menghasilkan nira dalam jumlah terbatas setiap harinya.

Setelah nira terkumpul dalam jumlah yang cukup, nira tersebut dibawa ke dapur-dapur sederhana di desa Kalirejo, yang masih menggunakan tungku kayu bakar. Di sana, nira dituangkan ke dalam wajan besar yang terbuat dari tembaga. Dengan nyala api yang sedang, nira dipanaskan secara perlahan. Sambil menunggu nira mendidih, nira diaduk dengan telaten menggunakan sendok kayu yang panjang.

Selama proses pemasakan ini, nira mengalami perubahan dari cairan bening menjadi larutan kental berwarna keemasan. Proses ini membutuhkan kesabaran karena pemanasan harus dilakukan dengan hati-hati agar tidak gosong. Kesempurnaan gula merah sangat bergantung pada konsistensi adonan saat dimasak.

Setelah nira mencapai kekentalan yang tepat, cetakan yang terbuat dari tempurung kelapa disiapkan. Cetakan ini memberikan bentuk yang khas pada gula merah dan sekaligus menambah aroma kelapa yang harum. Dengan cekatan, adonan nira panas dituangkan ke dalam cetakan-cetakan tersebut.

Proses pencetakan ini tidak hanya soal teknik, tetapi juga soal kepekaan. Waktu pencetakan harus tepat, karena adonan nira cepat mengeras. Setiap cetakan diisi dengan hati-hati agar bentuk gula merah yang dihasilkan menjadi sempurna dan merata.

Setelah gula merah dalam cetakan mendingin dan mengeras, gula tersebut dilepas dengan lembut. Gula merah yang dihasilkan berbentuk bulat pipih dengan warna coklat kemerahan. Aroma manis yang khas langsung memenuhi udara, menandakan keberhasilan proses panjang yang baru saja selesai.

Gula merah tersebut kemudian disimpan di tempat yang sejuk dan kering, siap untuk dijual di pasar desa atau dinikmati oleh keluarga.

"Gula merah yang bagus tergantung pada kualitas air nira; jika air nira kurang bagus, rasa gula merah akan sedikit asam. Gula merah ini dikirim ke Purworejo dan dibanderol dengan harga Rp23.000 per kilogram," ucap seorang warga pembuat gula merah.